Berita Detail

Latifah

Mahasiswa kelas Kajian Agama-Agama STAB Kertarajasa mengunjungi Galeri Santa Ursulin Malang yang terletak di gedung Cor Jesu pada 15 November 2024. Kunjungan ini merupakan bagian dari program pembelajaran yang bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang sejarah, tradisi, dan nilai-nilai keagamaan, khususnya dalam agama Katolik.

 

Suster Lusi T. Anggrahini, pengelola galeri, menyambut hangat para peserta dan memulai paparannya dengan membahas persamaan tradisi latihan spiritual antara agama Buddha dan Katolik. Beliau menekankan pentingnya memperdalam latihan spiritual seperti meditasi, sebuah praktik yang juga dijalankan oleh para biarawati.

 

Dalam pemaparannya, Suster Lusi juga menceritakan sejarah kedatangan tujuh suster Ursulin dari Belanda ke Indonesia pada tahun 1856. Para suster tersebut tiba di Batavia setelah menempuh perjalanan panjang, membawa semangat pengabdian yang dilandasi kaul para suster yaitu kemurnian/selibat, ketaatan, dan kemiskinan. Salah satu tonggak penting dari karya mereka adalah pendirian sekolah Katolik pertama di Malang pada tahun 1900, yang terbuka untuk siswa dari berbagai latar belakang agama.

 

Suster Lusi mengungkapkan bahwa tantangan dari pemerintah kolonial tidak menghalangi semangat para suster. Dengan keterbatasan yang ada, mereka membuka kelas sore bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal, meskipun tidak dapat memberikan ijazah resmi. Nilai-nilai yang dipegang teguh para pionir Ursulin – "rooted at the past, living in the present, reaching the future" – antara lain terwujud dalam pengembangan Galeri Santa Ursulin sebagai inovasi untuk melestarikan tradisi dengan semangat yang relevan di masa kini.

 

Selain menyimak penjelasan di galeri, mahasiswa juga berkesempatan mengunjungi kapel yang indah serta area pemakaman para suster Ursulin. Mereka terinspirasi oleh arsitektur klasik bangunan, koleksi barang peninggalan, serta nilai-nilai spiritual dan sejarah yang disampaikan selama kunjungan.

 

“Pengalaman ini sangat berkesan. Saya jadi lebih memahami kehidupan para biarawati dan bagaimana mereka memadukan tradisi dengan inovasi. Penjelasan dari Suster Lusi benar-benar membuka wawasan kami,” ungkap salah satu mahasiswa. Kunjungan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang keberagaman agama sekaligus memupuk semangat dialog antaragama.

Kajian Agama

Santa Ursulin

Dialog Antar Agama