Latifah, dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Kertarajasa, berkesempatan menjadi presenter dalam 3rd International Scholar Conference yang diselenggarakan di Guang Ming College, Filipina, pada 6–8 April 2025. Dalam forum akademik ini, Latifah mempresentasikan paper berjudul "Role Play as a Path to Reconciliation: Integrating Forgiveness and Mindful Healing in Religious Education for Sustainable Peace", yang menawarkan pendekatan inovatif dalam pendidikan agama untuk menciptakan perdamaian berkelanjutan.
Dalam penelitiannya, Latifah menekankan pentingnya pendidikan tinggi sebagai wadah untuk menumbuhkan empati dan penghormatan terhadap keragaman agama, terutama di tengah meningkatnya potensi konflik antar agama. Paper ini menjadi refleksi pembelajaran role play (bermain peran) sebagai metode pembelajaran interaktif dalam Studi Agama. Di dalamnya mahasiswa diajak untuk mensimulasikan situasi konflik lintas iman. Melalui pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya memahami akar masalah secara teoretis, tetapi juga mengalami langsung kompleksitas konflik, sehingga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya rekonsiliasi.
Lebih jauh, Latifah menjelaskan bahwa role play dikombinasikan dengan prinsip forgiveness (pengampunan) dan mindful healing (penyembuhan berbasis kesadaran) membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan resolusi konflik. Dengan mempraktikkan empati, mereka belajar melepaskan prasangka serta membangun dialog yang lebih inklusif. Pendekatan ini selaras dengan ajaran Buddha, khususnya nilai karuṇā (kasih sayang) dan upekkhā (keseimbangan batin), yang menjadi fondasi untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman.
Penelitian kualitatif ini melibatkan observasi kelas, wawancara mendalam, dan analisis refleksi mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa role play tidak hanya meningkatkan pemahaman kritis, tetapi juga membentuk pola pikir yang berorientasi pada perdamaian. Mahasiswa yang terlibat dalam simulasi menjadi lebih mampu melihat perspektif orang lain, mengelola emosi, dan mencari solusi bersama.
Keikutsertaan Latifah dalam konferensi internasional ini memperkaya diskusi global tentang pendidikan agama yang transformatif. Kajian ini menawarkan solusi praktis bagi pendidik untuk mempersiapkan generasi muda sebagai agen perdamaian di masyarakat yang multikultural.